Mode produksi kapitalistik-neoliberal merupakan masalah utama yang menyebabkan pemanasan global. Karena kerusakan lingkungan yang terjadi pada sektor-sektor seperti pertanian, wilayah pesisir dan laut, pertambangan dan industri secara historis telah dieksploitasi dengan praktek-praktek kapitalistik yang rakus. Kesemuanya bertujuan tunggal, demi laba sebesar-besarnya. Mode produksi ini tak kenal puas, tak kenal batas untuk tumbuh.
Salah satu faktor penting menguatnya daya rusak neoliberalisme adalah utang luar negeri. Proyek dan program utang luar negeri atas sponsor lembaga kreditor seperti IMF, Bank Dunia, ADB, JBIC, dll telah menimbulkan biaya sosial-ekonomi yang sangat besar. Seperti pengusiran paksa, penggusuran, kerusakan lingkungan, korupsi, serta konversi lahan-lahan pertanian dan hutan. Akibatnya, proyek-proyek utang luar negeri hanya menjadi alat penghisapan ekonomi negara industri maju.
Di samping utang, perdagangan bebas juga menjadi salah satu faktor penyebab percepatan pemanasan global. Mode produksi kapitalistik-neoliberal pada industri-industri (terutama pertanian, industri dan jasa) seperti yang telah dinyatakan di atas terus berkembang hingga menjadi raksasa. Aktor-aktor utamanya, yakni perusahaan transnasional raksasa (TNCs) tentunya menghasilkan produk yang luar biasa masifnya untuk dijual, dilempar, atau di-dumping ke pasar. Hal ini berpengaruh pada tingkat konsumsi energi yang sangat besar untuk mendukung kapasistas industri yang sangat tinggi. Dan tingkat konsumsi energi yang tinggi untuk berproduksi dan memasarkan barang produksi, menjadikan negara-negara industri maju sebagai biang keladi kehancuran iklim saat ini. Sementara negara-negara miskin dan berkembang menjadi korban terbesar dari perubahan iklim yang semakin ganas.
Hingga saat ini, 20 % dari penduduk di dunia bertanggungjawab atas lebih dari 60% emisi (80% jika emisi masa lalu dihitung), Rata-rata sumbangan emisi gas rumah kaca (GRK) orang Amerika Serikat (AS) adalah 4 atau 5 kali dari sumbangan emisi rata-rata dunia (1 amerika = 9 china atau 18 India). Tetapi miliaran orang termiskin di Negara berkembang yang akan menghadapi dampak paling serius. Mereka yang paling tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim justru membayar paling tinggi. Hingga saat ini Sistem ekonomi di AS berjalan dengan landasan energi murah dari bahan bakar fosil dimana setiap orang AS menggunakan energi 8 kali lebih tinggi dari bahan bakar fosil yang digunakan rata-rata penduduk negara berkembang. Penduduk AS hanya 4% dari penduduk dunia yg menyumbang emisi lebih besar daripada 136 negara berkembang digabung 24%. Bagi orang AS konsumsi lebih banyak produk dan jasa adalah ukuran penting bagi keberhasilan pribadi dan bangsa, bahkan ukuran dari kebebasan. Orang AS menggunakan pendapatan dan daya beli per kapita 8 kali lebih besar dan melepaskan proporsi CO2 lebih tinggi lagi dibandingkan orang ditempat lain
Dalam satu dekade terakhir, konsumsi energi Amerika naik menjadi 2,7 juta barel per hari, lebih banyak daripada yang dikonsumsi India dan Pakistan sekaligus, yang keduanya berisi total empat kali lipat penduduk Amerika. Secara total, rata-rata orang Amerika mengkonsumsi lima kali lebih banyak energi daripada rata-rata warga dunia, 10 kali lebih banyak daripada rata-rata orang Cina, dan 20 kali lebih banyak daripada rata-rata orang India.
Ketidakadilan ekologi terjadi karena negara miskin dan berkembang dan rakyatnya sebagai penyumbang terkecil pada pemanasan global, akan menghadapi dampak dan resiko terbesar dari fenomena tersebut. Kita ini pula yang secara historis sumber daya alam dan manusianya dihisap selama berabad-abad, sehingga kurang kapabilitas untuk menghadapi dampaknya. Sedangkan negara maju, lembaga keuangan internasional dan TNCs penyebab terbesar pemanasan global justru paling siap menghadapi resiko dan sulit mengubah gaya hidup dan berupaya untuk berbagi sumberdaya dengan negara dan masyarakat penyumbang terkecil.
Pemanasan global merupakan hasil persamaan yang kompleks dari gagalnya model pembangunan yang berkarakteristik neoliberal. Oleh karena itu setiap upaya untuk menghindari dan memerangi pemanasan global juga tidak sederhana. Melihat kembali persoalan hubungan antar negara, pemilik kapital (utamanya TNCs), lembaga keuangan internasional, rejim perdagangan bebas dunia dan tentu saja rakyat harus dilakukan segera. Struktur penindasan yang terjadi secara historis berabad-abad lamanya dan bertransformasi menjadi penjajahan gaya baru (neokolonialisme-imperialisme) cenderung melanggengkan ketidakadilan sosial yang masih terus menerus terjadi.
Maka untuk mengatasi masalah ekologi ini secara tuntas, rakyat memerlukan sebuah kebijakan dan praktek yang mempromosikan keadilan ekologi dan keadilan sosial. Keadilan ekologi merupakan hak untuk mendapatkan keadilan antargenerasi atas prinsip-prinsip keselamatan rakyat, pemulihan keberlanjutan layanan alam, dan perlindungan produktivitas rakyat dimana semua generasi baik sekarang maupun mendatang berhak terselamatkan akibat dampak pemanasan global dan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim secara berkeadilan. Keadilan sosial dalam kebijakan dan implementasinya, haruslah melakukan pemerataan kesejahteraan sosial, sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial. (posting: epunk)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment