14.2.09

Kabar Dari Jawa Tengah


Depoksari, Boyolali. Front Perjuangan Pemuda Indonesia menggelar hajatan NDK I-se-Jawa Tengah. Acara yang berlangsung sejak tanggal 6 – 9 Februari ini dimotori oleh komite daerah Jawa Tengah.

Hadir dalam acara ini FPPI perwakilan dari Wonosobo, Pekalongan, Semarang, Kudus, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Mamuju. Peserta dari Ambon yang sedianya menyatakan diri untuk ikut—tak dapat hadir mengingat situasi Ambon yang masih memanas.

Setelah acara usai, FPPI Komda Jateng melakukan aksi unjuk rasa mengampanyekan golput pada 2009.

11 Februari 2009. Aksi unjuk rasa berlangsung di kota Salatiga. Tak hanya mengampanyekan golput. Aksi ini merupakan aksi solidaritas untuk petani Sukolilo. Aksi damai dilakukan dengan melakukan longmarc memutari kota Salatiga, dan berhenti di kantor DPRD Salatiga. Pengunjuk rasa meminta DPRD agar mendesak jajaran pemerintah kota Pati menghentikan tindakan intimidasi yang dilakukan kepada warga Sukolilo Pati. Dan juga mendesak agar sembilan petani yang ditangkap segera dibebaskan.

12 Februari 2009. Aksi unjuk rasa serupa berlangung di kota Kudus. Massa aksi yang hanya berjumlah 16 orang langung dihampiri kasad intel dan staf bupati Kudus. Meminta agar aksi segera dibubarkan. Negoisasi yang berlangsung tidak membarikan kesempatan pada FPPI untuk terus melakukan aksi. Tak sampai satu jam aksi dibubarkan paksa—13 orang massa aksi ditangkap. Dan segala atribut aksi diamankan.

13 Februari 2009. Aksi berlangsung di kota Semarang, Wonosobo, Jogja, Pekalongan, Salatiga. Aksi solidaritas untuk 13 orang anggota FPPI yang ditangkap.






3.2.09

Ibrahim Gidrach Zakir


Gerakan Moral dan Perjalanan Yang Belum Usai

Ibrahim Gidrach Zakir alias Bram Zakir. Dia mati, akhir Januari lalu. Mati- secara fisik setelah 58 tahun hidupnya. Yang hidup pasti akan mati. Tapi tunggu, Bram sesungguhnya tidaklah mati. Ia hanya menitipkan kenangan—dan semangat perjuangan kemanusiaan.

Sebagai pemuda—manusia merdeka. Ia mencatatkan bahwa revolusi adalah sebuah praktek. Kerja yang dilakukan, membongkar selubung kepalsuan atas kesadaran yang dijejalkan dalam kepala-kepala tanpa makna. Dari Trisakti ke UI. Ia memang tak mendapatkan apa-apa. Suatu gelar yang dikejar. Tapi dia adalah Bram, dalam darahnya telah mengalir semangat berlawan.

Dari Matraman hingga Sawangan. Dinamika persekawanan, mendidik rakyat dengan pergerakan. Bram kini berdiam, dalam selubung tanah merah. Tapi, Bram, masih menyusuri jalan. Sebuah gerakan-perjuangan yang tetap dilangsungkan. Front Perjuangan Pemuda Indonesia, turut berasa kehilangan. Selamat jalan kawan.